Home » Archives for يونيو 2012
Diriwayatkan bahawa pada suatu hari Rasulullah s.a.w.sedang duduk bersama para sahabat, kemudian datang pemuda Arab masuk ke dalam masjid dengan menangis. Apabila Rasulullah s.a.w. melihat pemuda itu menangis maka baginda pun berkata, "Wahai orang muda kenapa kamu menangis?" Maka berkata orang muda itu, "Ya Rasulullah s.a.w., ayah saya telah meninggal dunia dan tidak ada kain kafan dan tidak ada orang yang hendak memandikannya." Lalu Rasulullah s.a.w. memerintahkan Abu Bakar r.a. dan Umar r.a. ikut orang muda itu untuk melihat masalahnya. Setelah mengikuti orang itu, maka Abu Bakar r.a dan Umar r.a. mendapati ayah orang mudah itu telah bertukar rupa menjadi babi hitam, maka mereka pun kembali dan memberitahu kepada Rasulullah s.a.w., "Ya Rasulullah, kami lihat mayat ayah orang ini bertukar menjadi babi hutan yang hitam."
Kemudian Rasulullah s.a.w. dan para sahabat pun pergi ke rumah orang muda dan Baginda s.a.w. pun berdoa kepada Allah s.w.t., kemudian mayat itu pun bertukar kepada bentuk manusia semula. Lalu Rasulullah s.a.w. dan para sahabat menyembahyangkan mayat tersebut. Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah s.a.w. pun bertanya kepada pemuda itu, "Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?"
Berkata orang muda itu, "Sebenarnya ayahku ini tidak mau mengerjakan solat." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda, "Wahai para sahabatku, lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sembahyang. Di hari kiamat nanti akan dibangkitkan oleh Allah s.w.t. seperti babi hutan yang hitam." Di zaman Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak. Apabila mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap darah mayat. Lalu mereka cuba membunuh ular itu.
Apabila mereka coba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut, "Laa ilaaha illallahu Muhammadu Rasulullah, mengapakah kamu semua hendak membunuh aku? Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah s.w.t. yang memerintahkan kepadaku supaya menyiksanya sampai hari kiamat."
Lalu para sahabat bertanya, "Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?"
Berkata ular, "Dia telah melakukan tiga kesalahan, di antaranya :"
1. Apabila dia mendengar azan, dia tidak mau datang untuk sembahyang berjamaah.
2.Dia tidak mau keluarkan zakat hartanya.
3.Dia tidak mau mendengar nasihat para ulama.Maka inilah balasannya.
Kemudian Rasulullah s.a.w. dan para sahabat pun pergi ke rumah orang muda dan Baginda s.a.w. pun berdoa kepada Allah s.w.t., kemudian mayat itu pun bertukar kepada bentuk manusia semula. Lalu Rasulullah s.a.w. dan para sahabat menyembahyangkan mayat tersebut. Apabila mayat itu hendak dikebumikan, maka sekali lagi mayat itu berubah menjadi seperti babi hutan yang hitam, maka Rasulullah s.a.w. pun bertanya kepada pemuda itu, "Wahai orang muda, apakah yang telah dilakukan oleh ayahmu sewaktu dia di dunia dulu?"
Berkata orang muda itu, "Sebenarnya ayahku ini tidak mau mengerjakan solat." Kemudian Rasulullah s.a.w. bersabda, "Wahai para sahabatku, lihatlah keadaan orang yang meninggalkan sembahyang. Di hari kiamat nanti akan dibangkitkan oleh Allah s.w.t. seperti babi hutan yang hitam." Di zaman Abu Bakar r.a ada seorang lelaki yang meninggal dunia dan sewaktu mereka menyembahyanginya tiba-tiba kain kafan itu bergerak. Apabila mereka membuka kain kafan itu mereka melihat ada seekor ular sedang membelit leher mayat tersebut serta memakan daging dan menghisap darah mayat. Lalu mereka cuba membunuh ular itu.
Apabila mereka coba untuk membunuh ular itu, maka berkata ular tersebut, "Laa ilaaha illallahu Muhammadu Rasulullah, mengapakah kamu semua hendak membunuh aku? Aku tidak berdosa dan aku tidak bersalah. Allah s.w.t. yang memerintahkan kepadaku supaya menyiksanya sampai hari kiamat."
Lalu para sahabat bertanya, "Apakah kesalahan yang telah dilakukan oleh mayat ini?"
Berkata ular, "Dia telah melakukan tiga kesalahan, di antaranya :"
1. Apabila dia mendengar azan, dia tidak mau datang untuk sembahyang berjamaah.
2.Dia tidak mau keluarkan zakat hartanya.
3.Dia tidak mau mendengar nasihat para ulama.Maka inilah balasannya.
Pada waktu aku duduk di bangku MI aku mempunyai 3 kawan yang ramah terhadapku, sebut saja mereka si A, si B dan si C. Kebetulan mereka sekampung dengan ku, kita berempat sekolah di MI Al-Khoeriyyah yang tempatnya tidak terlalu jauh dari rumahku.
Karena letak sekolah kami tidak terlalu jauh,maka saya dan kawan-kawan berangkat sekolah selalu jalan kaki(ngirit ongkos+olahraga kaki).
Sekolah kami tidak terlalu bagus dan megah, tapi saya dapat menimba ilmu yang cukup memuaskan....Lazisss daaaah pokonya!
Pada suatu hari, aku dan dua temanku yaitu si B dan si C berniat bermain bersama si A, pas kami bertiga datang ke rumah si A saya dan kawan-kawan pun langsung disuguhkan pemandangan yang tak biasa......Ternyata dia sedang *** di depan rumahnya!WOW!!!!...(Dimaklum saja laaah, dulu kan kita masih ingusann wkwkwk o_0)
Sembari menunggu yang sedang ***, saya dan dua teman lainnya menaiki sebuah pohon jambu yang tak terlalu tinggi,daripada bosyeeen!
Nah,ketika saya berada di atas pohon tersebut tiba-tiba.POCOOOONGG!!..POCOOONG!!..POCOOOOONG!! .saya melihat sesosok POCONG di jendela rumah tetangga,kami pun ketakutan dan paheula-heula turun ka handap,wkwk.si A yang sedang *** pun ikut panik dan ketakutan.. saengges di handap..eh,sesudah di bawah saya dan dua teman lainnya beristirahat sejenak..
Saya masih penasaran dengan sesosok pocong yang ada di jendela itu, kami memutuskan untuk melihat kembali ke atas pohon. Setelah berada di atas pohon “WOY!! itu mah ibu-ibu nu keur moe”cakap si C. “Oh heueuh nya”jawab ku yang polos.
Ternyata itu halusinasi ku saja teman-teman...
Itu ceritaku, apa ceritamu?
Maaf gambarnya gak nyambung wkwkwk
Bagiku arti persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berdebat saat berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku belajar banyak hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda tentang arti persahabatan. Saat itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku sendirian menjaga rumah...
“Hahahahaha!” aku tertawa sambil membaca.
“Hahahahaha!” aku tertawa sambil membaca.
“Beni! Katanya mau cari referensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku menemukan buku dari rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kamu bawa kartu kan? Pokoknya besok kamis, semua tugas kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan malam ini. Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas. PlayStation!” jelas Judi dengan nada nyaring.
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStation – Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.
Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang - nah, sudah kuduga dia datang kesini.
“Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu.
Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “( Eh, itu... )”.
“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang kerumah.
“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.
Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “...Beni, ayo...satpam” Judi membisiku sekali lagi.
Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura - tidak terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku – ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku.
“Ya Tuhan!” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal dari pada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini.
“Jangan kawatir... hehehe... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpas-pasan dengan ku. Ya akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena serempet mobil mereka yang terburu-buru pergi” jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya.
Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman - kita memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.”
Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Ban Jon datang kerumahku dan kami menjelaskan apa yang tadi terjadi. Anehnya, peristiwa adanya maling ini seperti tidak pernah terjadi.
“Hahahahaha... “ Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh kesayangannya saat main PlayStation. Sedangkan Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya? aku juga kurang paham. Bang Jon kurang jelas saat bercerita pengalamannya itu.
“( Hahahahaha... )” Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti bagiku. Aku tidak mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran yang kupetik dari dua sahabatku ini.
Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengerti ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya ( Judi dan Bang Jon salah satunya ).(yang nulis bukan arifin).
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2 - aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStation – Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.
Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia pasti datang - nah, sudah kuduga dia datang kesini.
“Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu?” Tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan. Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu.
Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “( Eh, itu... )”.
“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang kerumah.
“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku. Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi seperti sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni – kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.
Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tidak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “...Beni, ayo...satpam” Judi membisiku sekali lagi.
Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura - tidak terpikirkan lagi dengan apa yang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku – ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling dirumahku. Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku.
“Ya Tuhan!” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal dari pada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini.
“Jangan kawatir... hehehe... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpas-pasan dengan ku. Ya akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena serempet mobil mereka yang terburu-buru pergi” jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya.
Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman - kita memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.”
Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Ban Jon datang kerumahku dan kami menjelaskan apa yang tadi terjadi. Anehnya, peristiwa adanya maling ini seperti tidak pernah terjadi.
“Hahahahaha... “ Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh kesayangannya saat main PlayStation. Sedangkan Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya? aku juga kurang paham. Bang Jon kurang jelas saat bercerita pengalamannya itu.
“( Hahahahaha... )” Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti bagiku. Aku tidak mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran yang kupetik dari dua sahabatku ini.
Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengerti ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya ( Judi dan Bang Jon salah satunya ).(yang nulis bukan arifin).
I. Unsur Ekstrinsik
1. Judul : Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
2. Pengarang : Marah Rusli
3. Penerbit : Balai Pustaka
4. Tahun : 2009, cetakan ke-46
5. Kota : Jakarta
6. Halaman : viii + 335
7. Ukuran : 20 x 13,5
8. Ilustrasi : Ada
II. Unsur Intrinsik
1. Tema : Percintaan dua remaja belia
2. Tokoh :
No Nama Tokoh Watak
1 Siti Nurbaya Baik, Penyayang, Penurut
2 Samsul Bahri Baik, Perhatian
3 Datuk Maringgih Kejam, Jahat, Serakah
4 Baginda Sulaiman Penyabar, Bijaksana, Baik
5 Sutan Mahmud Keras Hati, Baik, Bijak
6 Siti Maryam Baik, Penyabar
3. Latar :
a. Waktu : Tahun 20 – 30an (Sebelum kemerdekaan)
b. Tempat : Padang, Sumatra Barat dan Jakarta
c. Situasi : Menyenangkan, Menyedihkan, Menegangkan,
Mengharukan
d. Sosial Budaya : Padang, Sumatra Barat
4. Amanat :
1. Jangan menjadi orang yang serakah!
2. Bahagiakanlah orang tua kalian selagi bisa!
3. Jadilah pemimpin yang bijaksana!
4. Berfikirlah sebelum bertindak!
5. Jadilah anak yang berbakti kepada orang tua!
5. Nilai Kehidupan :
Nilai Etika : Sutan Mahmud terlalu terburu-buru menghukum anaknya dan membuat dirinya resah sendiri karena perbuatannya (Halaman 326)£
Nilai Estetika : Indahnya Gunung Padang, kanan-kiri pemandangan yang dilihat. Namun sekarang telah rusak akibat ulah manusia (Halaman 46)£
Nilai Kemanusiaan : Seorang kepala negeri harus melindungi serta menjaga rakyat disekitar tempatnya berkuasa (Halaman 23)£
Nilai Moral : Insaflah insan akan dirimu, demikianlah juga akhirnya akan jadimu (Halaman 332)£
6. Alur/Plot : Maju, Mundur, Maju (Flashback)
7. Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu
8. Sinopsis :
Di daerah Padang, Sumatra Barat hiduplah seorang gadis cantik bernama Siti Nurbaya. Namun sejak kecil dia sudah menjadi piatu, Siti hanya tinggal bersama ayahnya, Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman adalah pedagang terkemuka di Padang. Namun Sulaiman sering meminjam kepada rentenir yang bernama Datuk Maringgih untuk modal dagangannya.
Karena semakin lama Baginda Sulaiman semakin kaya, Datuk Maringgih pun kesal, dia menyuruh kaki tangannya untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman pun jatuh miskin dan pada saat itu Datuk Maringgih menagih hutang Baginda Sulaiman.
Karena tidak dapat membayar hutang, Datuk Maringgih meminta Baginda Sulaiman untuk dapat menikahi Siti Nurbaya. Untuk keselamatan dan kebahagiaan ayahnya, Siti rela menikah dengan Datuk Maringgih. Padahal pada saat itu, Samsul Bahri, kekasih Siti Nurbaya sedang pergi ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Namun Siti tidak menghiraukannya demi ayahnya tercinta.
Di Jakarta, Samsul Bahri menerima surat dari Siti Nurbaya tentang keadaan Siti dan ayahnya akibat ulah Datuk Maringgih.
Pada saat liburan sekolah, Samsul mengunjungi Siti di rumah ayahnya. Saat itu Baginda Sulaiman sedang sakit keras. Dan Siti serta Samsul pun bertemu. Namun pada saat pertemuan tersebut Datuk Maringgih datang, perkelahian pun tak bisa dihindarkan. Baginda Sulaiman mendengar keributan itu, saat akan bangkit dari ranjangnya, Baginda jatuh dan meninggal dunia.
Akibat peristiwa itu Siti diusir oleh Datuk Maringgih, dan Siti pun tinggal bersama bibinya. Sama halnya dengan Samsul. Ia diusir oleh ayahnya, Sutan Mahmud, karena dianggap telah mencoreng nama keluarga. Akhirnya Samsul pergi ke Jakarta dan tidak ingin menemui keluarganya lagi. Siti yang mengetahui hal tersebut ingin ikut pergi ke Jakarta.
Karena Datuk Maringgihtidak suka Siti bersama Samsu, dia menyuruh orang untuk membunuh Siti di kapal menuju Jakarta. Namun usaha itu gagal. Tak hilang akal, Datuk melaporkan Siti ke polisi dengan tuduhan membawa kabur perhiasan miliknya. Siti pun ditangkap dan diadili di Padang. Karena terbukti tidak bersalah Siti pun dibebaskan.
Belum puas, Datuk menyuruh orang menyamar menjadi penjual lemang, karena Siti menyukain lemang, Siti pun mebelinya. Tapi ternyata didalam lemang tersebut terdapat racun yang telah dimasukan Datuk, akibatnya Siti pun meninggal dunia.
Kini Samsul Bahri yang telah menjadi letnan dan mengubah namanya menjadi Letnan Mas ditugaskan untuk menumpas kerusuhan akibat ulah Datuk oleh Pemerintah Belanda. Datuk pun mati oleh Samsul. Dan Samsul pun juga terluka parah akibar perang tersebut.
9. Tanggapan : Menurut saya cerita Siti Nurbaya ini sangat cocok untuk dibaca para siswa SMP karena
dapat menambah ilmu pengetahuan kita tentang kehidupan.
1. Judul : Siti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
2. Pengarang : Marah Rusli
3. Penerbit : Balai Pustaka
4. Tahun : 2009, cetakan ke-46
5. Kota : Jakarta
6. Halaman : viii + 335
7. Ukuran : 20 x 13,5
8. Ilustrasi : Ada
II. Unsur Intrinsik
1. Tema : Percintaan dua remaja belia
2. Tokoh :
No Nama Tokoh Watak
1 Siti Nurbaya Baik, Penyayang, Penurut
2 Samsul Bahri Baik, Perhatian
3 Datuk Maringgih Kejam, Jahat, Serakah
4 Baginda Sulaiman Penyabar, Bijaksana, Baik
5 Sutan Mahmud Keras Hati, Baik, Bijak
6 Siti Maryam Baik, Penyabar
3. Latar :
a. Waktu : Tahun 20 – 30an (Sebelum kemerdekaan)
b. Tempat : Padang, Sumatra Barat dan Jakarta
c. Situasi : Menyenangkan, Menyedihkan, Menegangkan,
Mengharukan
d. Sosial Budaya : Padang, Sumatra Barat
4. Amanat :
1. Jangan menjadi orang yang serakah!
2. Bahagiakanlah orang tua kalian selagi bisa!
3. Jadilah pemimpin yang bijaksana!
4. Berfikirlah sebelum bertindak!
5. Jadilah anak yang berbakti kepada orang tua!
5. Nilai Kehidupan :
Nilai Etika : Sutan Mahmud terlalu terburu-buru menghukum anaknya dan membuat dirinya resah sendiri karena perbuatannya (Halaman 326)£
Nilai Estetika : Indahnya Gunung Padang, kanan-kiri pemandangan yang dilihat. Namun sekarang telah rusak akibat ulah manusia (Halaman 46)£
Nilai Kemanusiaan : Seorang kepala negeri harus melindungi serta menjaga rakyat disekitar tempatnya berkuasa (Halaman 23)£
Nilai Moral : Insaflah insan akan dirimu, demikianlah juga akhirnya akan jadimu (Halaman 332)£
6. Alur/Plot : Maju, Mundur, Maju (Flashback)
7. Sudut Pandang : Orang ketiga serba tahu
8. Sinopsis :
Di daerah Padang, Sumatra Barat hiduplah seorang gadis cantik bernama Siti Nurbaya. Namun sejak kecil dia sudah menjadi piatu, Siti hanya tinggal bersama ayahnya, Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman adalah pedagang terkemuka di Padang. Namun Sulaiman sering meminjam kepada rentenir yang bernama Datuk Maringgih untuk modal dagangannya.
Karena semakin lama Baginda Sulaiman semakin kaya, Datuk Maringgih pun kesal, dia menyuruh kaki tangannya untuk membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Baginda Sulaiman pun jatuh miskin dan pada saat itu Datuk Maringgih menagih hutang Baginda Sulaiman.
Karena tidak dapat membayar hutang, Datuk Maringgih meminta Baginda Sulaiman untuk dapat menikahi Siti Nurbaya. Untuk keselamatan dan kebahagiaan ayahnya, Siti rela menikah dengan Datuk Maringgih. Padahal pada saat itu, Samsul Bahri, kekasih Siti Nurbaya sedang pergi ke Jakarta untuk melanjutkan sekolah. Namun Siti tidak menghiraukannya demi ayahnya tercinta.
Di Jakarta, Samsul Bahri menerima surat dari Siti Nurbaya tentang keadaan Siti dan ayahnya akibat ulah Datuk Maringgih.
Pada saat liburan sekolah, Samsul mengunjungi Siti di rumah ayahnya. Saat itu Baginda Sulaiman sedang sakit keras. Dan Siti serta Samsul pun bertemu. Namun pada saat pertemuan tersebut Datuk Maringgih datang, perkelahian pun tak bisa dihindarkan. Baginda Sulaiman mendengar keributan itu, saat akan bangkit dari ranjangnya, Baginda jatuh dan meninggal dunia.
Akibat peristiwa itu Siti diusir oleh Datuk Maringgih, dan Siti pun tinggal bersama bibinya. Sama halnya dengan Samsul. Ia diusir oleh ayahnya, Sutan Mahmud, karena dianggap telah mencoreng nama keluarga. Akhirnya Samsul pergi ke Jakarta dan tidak ingin menemui keluarganya lagi. Siti yang mengetahui hal tersebut ingin ikut pergi ke Jakarta.
Karena Datuk Maringgihtidak suka Siti bersama Samsu, dia menyuruh orang untuk membunuh Siti di kapal menuju Jakarta. Namun usaha itu gagal. Tak hilang akal, Datuk melaporkan Siti ke polisi dengan tuduhan membawa kabur perhiasan miliknya. Siti pun ditangkap dan diadili di Padang. Karena terbukti tidak bersalah Siti pun dibebaskan.
Belum puas, Datuk menyuruh orang menyamar menjadi penjual lemang, karena Siti menyukain lemang, Siti pun mebelinya. Tapi ternyata didalam lemang tersebut terdapat racun yang telah dimasukan Datuk, akibatnya Siti pun meninggal dunia.
Kini Samsul Bahri yang telah menjadi letnan dan mengubah namanya menjadi Letnan Mas ditugaskan untuk menumpas kerusuhan akibat ulah Datuk oleh Pemerintah Belanda. Datuk pun mati oleh Samsul. Dan Samsul pun juga terluka parah akibar perang tersebut.
9. Tanggapan : Menurut saya cerita Siti Nurbaya ini sangat cocok untuk dibaca para siswa SMP karena
dapat menambah ilmu pengetahuan kita tentang kehidupan.
No. Kekembangan _ Katelah
1 Kembang Awi = Embreuk
2 Kembang Bako = Bosongot
3 Kembang Bawang = Ulated
4 Kembang Bolang = Ancal
5 Kembang Boled = Mortela,tetela,tela
6 Kembang Cabe = Bolotot
7 Kembang Cau = Jantung
8 Kembang Cengek = Mencenges
9 Kembang Cikur = Jelengut
10 Kembang Engkol = Kiciwis
11 Kembang Eurih = Ancul
12 Kembang gedang = Ingwang
13 Kembang Genjer = Gelenye
14 kembang hoe = Bubuay
15 Kembang Honje = Combrang
16 Kembang Jaat = Jalingar
17 Kembang Jambe = Mayang
18 kembang jambu aer = Lenyap
19 kembang jarak = Uing
20 Kembang Jengkol = Merekenyenyen
21 kembang jeruk = Angkruk, Angkes
22 Kembang jotang = Puntung
23 Kembang kadu = Olohok
24 Kembang Kalapa = Suligar
25 Kembang Kaso = Ciriwis
26 Kembang Kawung = Pengis
27 Kembang Koneng = Badul
28 Kembang Kulur = Pelepes
29 Kembang Laja = Jamotrot
30 Kembang Leunca = Pengit
31 kembang Limus = Seleksek
32 Kembang Lopang = Cacas
33 Kembang Muncang = Rinduy
34 Kembang Pare = Ringsang
35 Kembang Peuteuy = Pendul
36 Kembang salak = Sedek, Gojod
37 Kembang Sampeu = Dingdet
38 Kembang Taleus = Ancal
39 Kembang Tangkil = Uceng
40 Kembang Terong = Moncorong
41 Kembang Tiwu = Badaus
42 Kembang Waluh = Alewoh
1 Kembang Awi = Embreuk
2 Kembang Bako = Bosongot
3 Kembang Bawang = Ulated
4 Kembang Bolang = Ancal
5 Kembang Boled = Mortela,tetela,tela
6 Kembang Cabe = Bolotot
7 Kembang Cau = Jantung
8 Kembang Cengek = Mencenges
9 Kembang Cikur = Jelengut
10 Kembang Engkol = Kiciwis
11 Kembang Eurih = Ancul
12 Kembang gedang = Ingwang
13 Kembang Genjer = Gelenye
14 kembang hoe = Bubuay
15 Kembang Honje = Combrang
16 Kembang Jaat = Jalingar
17 Kembang Jambe = Mayang
18 kembang jambu aer = Lenyap
19 kembang jarak = Uing
20 Kembang Jengkol = Merekenyenyen
21 kembang jeruk = Angkruk, Angkes
22 Kembang jotang = Puntung
23 Kembang kadu = Olohok
24 Kembang Kalapa = Suligar
25 Kembang Kaso = Ciriwis
26 Kembang Kawung = Pengis
27 Kembang Koneng = Badul
28 Kembang Kulur = Pelepes
29 Kembang Laja = Jamotrot
30 Kembang Leunca = Pengit
31 kembang Limus = Seleksek
32 Kembang Lopang = Cacas
33 Kembang Muncang = Rinduy
34 Kembang Pare = Ringsang
35 Kembang Peuteuy = Pendul
36 Kembang salak = Sedek, Gojod
37 Kembang Sampeu = Dingdet
38 Kembang Taleus = Ancal
39 Kembang Tangkil = Uceng
40 Kembang Terong = Moncorong
41 Kembang Tiwu = Badaus
42 Kembang Waluh = Alewoh